KAUM mukminin atau orang-orang yang beriman tidak akan merasa bingung dalam memilih pemimpin, termasuk memilih presiden, karena orang beriman akan memilih dengan landasan keimanan. Ia akan selalu melandaskan pilihannya pada pedoman risalah Islam, kriteria pemimpin menurut Islam, dan... mengedepankan aspek kepentingan Islam dan kaum Muslim.
Memilih pemimpin (presiden) dengan landasan iman, dalam konteks politik praktis sekalipun, yaitu memilih pemimpin yang sekiranya akan membela kepentingan kaum Muslim dan syiar Islam serta menjaga martabat agama.
Oleh karena, setiap pilihan mengandung konsekuensi. Memilih = memberikan suara = memberikan kepercayaan = memberi amanah. Jika salah memilih, atau pilihannya tidak berdasarkan landasan keimanan dan tuntunan Islam, maka ia harus mempertanggungjawabkannya di dunia dan akhirat.
Di dunia, ada malaikat pencatat amal. Ucapan dan tindakan kita senantiasa dicatat oleh Rakib dan Atid. Catatan itu akan dibuka di akhirat nanti dan dimintai pertanggungjawaban.
Wahai kaum mukmin....! Mari, landasi pilihan kita dengan keimanan agar kita menjadi pemenang sejati. Pilihlah yang Islami, mendekati Islami, paling berpeluang Islami, minimal pilih pemimpin yang paling sedikit risikonya terhadap nasib Islam dan kaum Muslim.
Golput alias tidak memilih, bukan solusi! Golput sama saja dengan mempercayakan pilihan kepada orang lain yang belum tentu memilih dengan iman. Sekali lagi, golput sama saja dengan menyerahkan siapa yang pemimpin kepada orang lain!
Golput memang sebuah sikap, sebuah pilihan juga. Tapi realitas menunjukkan, Golput selama ini turut berperan atas tetap berkuasanya mereka yang tidak bersahabat dengan Islam dan kaum Muslim di negeri ini.*
Memilih pemimpin (presiden) dengan landasan iman, dalam konteks politik praktis sekalipun, yaitu memilih pemimpin yang sekiranya akan membela kepentingan kaum Muslim dan syiar Islam serta menjaga martabat agama.
Bagi orang beriman, memilih pemimpin juga merupakan ibadah, selama pilihan itu sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Tidak penting apakah calon pemimpin yang dipilihnya menang atau kalah, yang jelas, mampu menentukan pilihan dengan landasan iman adalah "kemenangan hakiki".
Oleh karena, setiap pilihan mengandung konsekuensi. Memilih = memberikan suara = memberikan kepercayaan = memberi amanah. Jika salah memilih, atau pilihannya tidak berdasarkan landasan keimanan dan tuntunan Islam, maka ia harus mempertanggungjawabkannya di dunia dan akhirat.
Di dunia, ada malaikat pencatat amal. Ucapan dan tindakan kita senantiasa dicatat oleh Rakib dan Atid. Catatan itu akan dibuka di akhirat nanti dan dimintai pertanggungjawaban.
Wahai kaum mukmin....! Mari, landasi pilihan kita dengan keimanan agar kita menjadi pemenang sejati. Pilihlah yang Islami, mendekati Islami, paling berpeluang Islami, minimal pilih pemimpin yang paling sedikit risikonya terhadap nasib Islam dan kaum Muslim.
Golput alias tidak memilih, bukan solusi! Golput sama saja dengan mempercayakan pilihan kepada orang lain yang belum tentu memilih dengan iman. Sekali lagi, golput sama saja dengan menyerahkan siapa yang pemimpin kepada orang lain!
Golput memang sebuah sikap, sebuah pilihan juga. Tapi realitas menunjukkan, Golput selama ini turut berperan atas tetap berkuasanya mereka yang tidak bersahabat dengan Islam dan kaum Muslim di negeri ini.*