Cheng Ho alias Sam Po Kong - Penjelajah Muslim Terbesar

Cheng Ho alias Sam Po Kong - Penjelajah Muslim Terbesar
Cheng Ho alias Sam Po Kong - Penjelajah Muslim Terbesar

SELAMA ini mungkin kita lebih akrab dengan nama-nama Columbus, Vasco da Gama, Magelhaens, atau penjelajah lain asal Barat, ketimbang nama Cheng Ho alias Sam Po Kong. 

Padahal, Cheng Ho adalah laksamana terkemuka di dunia kemaritiman; memimpin 200 kapal berkunjung ke 40 negara di Asia-Afrika selama 28 tahun.

Ekspedisi Cheng Ho tidak kalah besar dan penting dengan petualangan para penjelajah Barat. Sebagai perbandingan, Columbus hanya melayarkan tiga kapal. Lebih dari itu adalah misi yang dibawa Cheng Ho berbeda dengan para penjelajah besar Barat. 

Jika Columbus, Vasco da Gama, dan Magelhaens bermisi kolonialisme-imperialisme (penjajahan dan penaklukan wilayah), demi mendapatkan kekayaan (Golden), kejayaan atau kemasyhuran (Glory), dan menyebarkan agama Kristen (Gospel), maka Cheng Ho membawa misi persahabatan dan kerja sama perdagangan dengan dengan bangsa luar.

Laksamana Cheng Ho (1371-1433 M) yang dikenal sebagai Muslim saleh ini, mengemban misi diplomatik dari Dinasti Ming di Cina, pada masa pemerintahan Kaisar Zhu Di. Cheng Ho berhasil menerima pengakuan dari berbagai raja nusantara bagi kebesaran kerajaan Dinasti Ming.

Misi diplomatik yang diemban Cheng Ho antara lain menjalin persahabatan dan kerukunan, serta mendorong kerja sama bisnis Cina dengan negara asing. Bagi Kaisar Zhu Di, rakyat di seluruh dunia adalah keluarga.

Bagi komunitas Muslim di nusantara (Indonesia), Cheng Ho mendapat tempat khusus. Ia dianggap berjasa menanamkan keharmonisan hubungan antara "tamu" dan "pribumi", penduduk "nonpri" dan "pri". 

Bahkan bekas tempat persinggahan Cheng Ho di daerah Semarang dijadikan "tempat keramat", yang banyak dikunjungi orang, khususnya tanggal 1 dan 15 bulan Imlek.

LAKSAMANA Cheng Ho alias Sam Po Kong dikenal sebagai Muslim yang taat. Ia berasal dari keluarga santri yang taat dalam menjalankan perintah agama (Islam). 

Pendidikan Islamnya diperoleh dari ayah dan kakeknya yang bersuku Hui --etnis yang telah lama berasimilasi baik dengan Islam di Cina.

Dalam perjalanan ekspidisinya, Cheng Ho selalu memperhatikan perkembangan Islam di tempat-tempat yang dikunjunginya. Terlihat misalnya dari catatan perjalanan Ma Huan, anak buah Cheng Ho yang Muslim, tentang komunitas Muslim dan tersebarnya Islam di nusantara, termasuk kejayaan Islam di Sumatera dan Malaka.

Sebagian sejarahwan menilai, Cheng Ho merupakan simpul lama WNI keturunan dan Islam. Beberapa bekas peninggalannya bahkan sama-sama dipelihara dan dihormati baik oleh WNI keturunan maupun oleh penduduk pribumi. (Dari berbagai sumber, www.risalahislam.com).***
Previous Post Next Post