Tariq bin Ziyad Penakluk Spanyol
Tariq bin Ziyad adalah pemimpin pasukan Muslim dari Khilafah Bani Umayah dalam penaklukan Andalusia (Semenajung Liberia, kini Spanyol). Nama lengkapnya adalah Tariq bin Ziyad bin Abdullah.
Tariq meminta tambahan pasukan pada Musa bin Nusair dan dikirim 5.000 serdadu yang juga kebanyakan dari suku Barbar. Satu demi satu kota-kota di Semenanjung itu diduduki pasukan Tariq, seperti Toledo, Elvira, Granada, Cordoba, dan Malaga. Antara musim semi sampai musim panas pada tahun 711 itu juga, Tariq sudah dapat menguasai separuh dari Wilayah Andalusia.
Cemburu akan sukses luar biasa yang dialami Tariq bin Ziyad, Gubernur Musa bin Nusair berangkat menuju Andalusia dengan 10.000 pasukan yang terdiri dari kebanyakan orang Arab dari Suku Qaisi dan Yamani --kabilah Musa sendiri.
Tariq bin Ziyad adalah pemimpin pasukan Muslim dari Khilafah Bani Umayah dalam penaklukan Andalusia (Semenajung Liberia, kini Spanyol). Nama lengkapnya adalah Tariq bin Ziyad bin Abdullah.
Sebagian sejarawan mengatakan, Tariq berasal dari bangsa Barbar suku Nafza. Sebagian lagi mengatakan, ia berasal dari bangsa Barbar suku Zanata.
Sejarawan Muslim Ibnu Khaldun menyebutnya dengan tambahan nisbah al-Laisi. Tetapi ada juga yang mengatakan Tariq berasal dari Hamadan, Persia.
Sejarawan Muslim Ibnu Khaldun menyebutnya dengan tambahan nisbah al-Laisi. Tetapi ada juga yang mengatakan Tariq berasal dari Hamadan, Persia.
Namanya diabadikan untuk memberi sebuah semenanjung yang berupa perbukitan karang tinggi 425 m di pantai tenggara Spanyol di dekat Gibraltar --berasal dari kata Jabal Tariq (Gunung Tariq).
Penaklukan Spanyol bukan atas inisiatif pasukan Islam, melainkan atas undangan orang Spanyol sendiri. Pasukan Tariq bin Ziyad memasuki Spanyol dan menaklukan serta mengislamkannya atas permintaan salah satu pihak yang tengah bertikai di sebuah kerajaan, Visigoth.
Penyerangan yang dilakukan Tariq bin Ziyad dilaksanakan setelah diadakan pengintaian oleh Tariq bin Abdul Malik an-Nakha'i.
Kebetulan, di Andalusia sedang terjadi perebutan kekuasaan. Raja Roderick merebut singgasana Kerajaan Visigoth. Akibatnya, putra-putri raja lama, Witiza, mengadakan pemberontakan pada Roderick, sebagian dari mereka lari ke Afrika Utara dan mengadakan perjanjian dengan kaum Muslimin untuk melawan Roderick.
Penaklukan Spanyol bukan atas inisiatif pasukan Islam, melainkan atas undangan orang Spanyol sendiri. Pasukan Tariq bin Ziyad memasuki Spanyol dan menaklukan serta mengislamkannya atas permintaan salah satu pihak yang tengah bertikai di sebuah kerajaan, Visigoth.
Penyerangan yang dilakukan Tariq bin Ziyad dilaksanakan setelah diadakan pengintaian oleh Tariq bin Abdul Malik an-Nakha'i.
Kebetulan, di Andalusia sedang terjadi perebutan kekuasaan. Raja Roderick merebut singgasana Kerajaan Visigoth. Akibatnya, putra-putri raja lama, Witiza, mengadakan pemberontakan pada Roderick, sebagian dari mereka lari ke Afrika Utara dan mengadakan perjanjian dengan kaum Muslimin untuk melawan Roderick.
Pada waktu itu, Julian, Gubernur Ceuta di Afrika Utara yang juga merupakan bagian dari kerajaan Visigoth, mengadakan pemberontakan kepada Roderick karena Roderick mencemari kehormatan putrinya. Julian juga bersekutu dengan kaum Muslimin untuk menentang Roderick.
Pada bulan Juli 711, Tariq bin Ziyad mendapat perintah dari Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nusair, untuk mengadakan penyerangan ke Semenanjung Andalusia.
Pada bulan Juli 711, Tariq bin Ziyad mendapat perintah dari Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nusair, untuk mengadakan penyerangan ke Semenanjung Andalusia.
Dengan 7.000 serdadu, kebanyakan dari suku Barbar, Tariq menyebrangi Selat Andalusia yang jaraknya hanya 13 mil dengan perahu-perahu yang diberikan oleh Julian, mendarat di pantai karang yang kemudian diberi nama Gibraltar itu.
Tariq berhadapan dengan 25.000 serdadu Visigoth dekat Sungai Barbaret pimpinan Bishop Oppas, saudara Witiza. Pasukan besar Raja Roderick itu kemudian tidak disebut-sebut lagi dalam sejarah. Raja Roderick sendiri tewas dalam pertempuran itu.
Tariq meminta tambahan pasukan pada Musa bin Nusair dan dikirim 5.000 serdadu yang juga kebanyakan dari suku Barbar. Satu demi satu kota-kota di Semenanjung itu diduduki pasukan Tariq, seperti Toledo, Elvira, Granada, Cordoba, dan Malaga. Antara musim semi sampai musim panas pada tahun 711 itu juga, Tariq sudah dapat menguasai separuh dari Wilayah Andalusia.
Cemburu akan sukses luar biasa yang dialami Tariq bin Ziyad, Gubernur Musa bin Nusair berangkat menuju Andalusia dengan 10.000 pasukan yang terdiri dari kebanyakan orang Arab dari Suku Qaisi dan Yamani --kabilah Musa sendiri.
Mereka tiba di Andalusia pada bulan Juni 712. Musa mengambil jalan yang bukan dilalui Tariq bin Ziyad. Ia masuk dari arah Medina Sidonia dan Carmona, kemudian masuk ke Merida. Sevilla, kota terbesar dan pudar intelektual Andalusia ketika itu, baru bisa direbut pada Juni 713.
Di Toledo-lah Musa bin Nusair dan Tariq bertemu. Ironisnya, bukan penghargaan yang diterima oleh Tariq bin Ziyad dari gubernurnya, malah Musa menghukum dan memecat Tariq dari jabatannya, dengan alasan ketika diperintahkan untuk menghentikan serangan, Tariq bin Ziyad tidak mentaati perintah itu.
Di Toledo-lah Musa bin Nusair dan Tariq bertemu. Ironisnya, bukan penghargaan yang diterima oleh Tariq bin Ziyad dari gubernurnya, malah Musa menghukum dan memecat Tariq dari jabatannya, dengan alasan ketika diperintahkan untuk menghentikan serangan, Tariq bin Ziyad tidak mentaati perintah itu.
Namun demikian, penaklukan dijalankan terus. Kota-kota lain seperti Zaragoza, Aragon, Leon, Astura, dan Galicia dikuasai. Dengan demikian, praktis seluruh daratan Semenanjung Andalusia dikuasai pasukan Muslim.
Penaklukan Andalusia terjadi ketika Daulat Umayah di bawah pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik atau al-Walid l (86 H/705 M-97 H/715 M). Musa bin Nusair mempersembahkan hasil kemenangannya yang gemilang itu berupa putri-putri dan budak tawanan beserta barang-barang berharga dari rampasan perang. Ia mengesampingkan jasa panglimanya, Tariq bin Ziyad.
Penaklukan Andalusia terjadi ketika Daulat Umayah di bawah pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik atau al-Walid l (86 H/705 M-97 H/715 M). Musa bin Nusair mempersembahkan hasil kemenangannya yang gemilang itu berupa putri-putri dan budak tawanan beserta barang-barang berharga dari rampasan perang. Ia mengesampingkan jasa panglimanya, Tariq bin Ziyad.
Musa mempersembahkan sebuah meja antik ke hadapan Khalifah, tetapi meja itu sebuah kakinya hilang. Ketika itu pula tampil Tariq bin Ziyad menyerahkan kaki meja yang hilang itu. Belakangan diketahui bahwa meja dan sebagian barang rampasan bahkan sebagian kesuksesan penaklukan itu bukanlah jasa Musa bin Nusair semata, melainkan juga karena jasa panglimanya, Tariq bin Ziyad. (Dari berbagai sumber, www.risalahislam.com).***