Oleh : Dr. H. Arip
Rahman Lc, DESA
Pembunuhan pertama kali
di dunia terhadap manusia sholeh dilakukan anak Nabi Adam AS, adalah pembunuhan
Habil yang dilakukan oleh kakanya sendiri, Qabil. Kedua anak Adam tersebut
adalah korban, Habil menjadi korban pembunuhan dan sementara Qabil juga menjadi
korban pertama bisikan jahat syetan yang membujuknya untuk melenyapkan nyawa
saudaranya dengan sangat tidak manusiawi. Yang menjadi pembeda dari kedua
korban itu adalah niat dan itikadnya, Habil tidak beritikad buruk membunuh
sehingga dia dicatat sebagai seorang yang sholeh yang hanya takut kepada Allah
SWT saja. Adapun Qabil sudah berencana membunuh adiknya Habil dengan berbagai
cara dan amarhnya memuncak setelah penqorbanannya tidak diterima Allah SWT.
Karena kemarahan dan
kedengkian Qabil kepada adiknya setelah qurbannya –pendekatan diri kepada Allah
SWT- tidak diterima ia nekad membunuh Habil dengan mengunakan batu. Sementara
itu, qurban Habil diterima oleh Allah SWT karena ia berniat tulus hanya untuk
Allah dan memilih harta terbaiknya dalam pelaksanaan qurban tersebut. Qurban
itu dilakun dalam bentuk sayembara oleh Nabi Adam AS guna menguji siapa
diantara anaknya yang betul-betul sholeh, yang akan mendapatkan ganjaran s
etimpal baik di dunia maupun di akhirat. Silahkan simak makna ayat dari surat
al-Maidah ayat 27-30. Terutama ayat ke 28 dibawah ini :
لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ
يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
Artinya : “Sungguh kalau
kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak
akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”
Apa hubungan kisah Habil
dan Qabil diatas dengan kematian Komandan Brigade Persis Kota Bandung, Raden
Prawoto atau Dan Oto. Sebagaimana dikmaklumi almarhum aktif melatih dan
mengembangkan beladiri Islam Kungfu Syufu Taesyukhan dan Thifan Pokhan.
Almarhum menjadi pelatih bagi ratusan santri pesantren Persis yang berlokasi di
Garut, dan para muridnya tersebar di seluruh nusantara dan dunia, sebagaimana
pengakuan salah satu muridnya yang saat ini sedang menyelesaikan S2 di Maroko,
siap mewakafkan dirinya untuk kepentingan dakwah.
Penulis sendiri sangat
yakin bahwa kemampuan beladiri Dan Oto sangat mumpuni karena dia salah satu
pelanjut dari kepakaran beladiri yang disebarkan untuk pertama kali di
Indonesia oleh Allahu Yarham Ustadz A.D. Al-Marzdedeq yang merupakan guru
penulis dalam bidang aqidah di PPI 1 Pajagalan-Bandung. Ustadz Al-Marzdedeq
senantiasa menasehati muridnya, bahwa “belajar beladiri bukan untuk show of
force atau untuk meraih mendali sehingga disebut juara”. Mungkin itulah nasehat
Sang Maha Guru kepada muridnya almarhum Prawoto yang senantiasa diinggat dan
diterapkan dalam kesahariannya ketika ia masih hidup.
Pertanyaan yang
menganjal, kenapa almarhum Prawoto yang mumpuni dalam beladiri dapat
dilumpuhkan oleh seorang yang “sakit jiwa”? Menurut Waketum PP Persis, Dr. Jeje
Zainuddin “kalaulah memang dalam posisi normal berhadapan dengan pelaku dan
tidak dalam keadaan lalai, sepertinya menghadapi orang dengan senjata tumpul
bukanlah suatu hal yang berat bagi Ustadz Prawoto,”. Senjata linggis yang
digunakan oleh Qabil zaman now tampaknya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari
karena bagian tengah ke bawah meruncing dan bagian atasnya tumpul yang dibalut
kain agar kuat pegangannya.
Penulis meyakini, pelaku
pembunuhan ustadz Prawoto bukanlah seorang kafir tetapi dia seoarang muslim
yang fasiq, sebagaimana Habil tidak melakukan perlawanan terhadap tindakan
Qabil, dia (habil) khawatir jika melawan akan punya keinginan seperti Qabil
yakni membunuh saudaranya. Tentunya hal ini akan berakibat fatal, karena nanti
kedua-duanya akan masuk neraka. Nah, almarhum Prawoto dalam keadaan ini mungkin
lebih memilih kesholehan Habil yang diterima penqorbannya daripada mengikuti
surituladan buruk Qabil.
Tampaknya tindakan
almarhum Ustaz Prawoto seperti apa yang diperankan oleh Khalifah Utsman bin
Affan, saat terjadinya fitnah ia tidak melawan ketika diserang karena beliau
tahu yang dihadapinya orang-orang muslim. Seiring dengan hadits yang shahih
riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi : Seorang sahabat bertanya,
“Bagaimana pendapat Anda (wahai Rasulullah) jika ada orang (muslim) yang masuk
rumah saya lalu menggerakkan tangannya untuk membunuh saya?” Maka Nabi SAW
menjawab, “Jadilah seperti anak Nabi Adam (ketika dibunuh ia tidak melawan).”
Kematian almarhum ustadz Prawoto sudah ditakdirkan Allah SWT telah mengamalkan
sesuai hadist diatas.
Kembali kepada Qabil
yang kalap dan menjadi “sakit jiwa” setelah membunuh adiknya sehingga dia tidak
bisa mengunakan akal sehatnya terhadap janazah yang telah bau membusuk sehingga
burung gagak mengajarkannya bagaimana cara mengubur mayit saudaranya. Saking
ketakutan dan depresi berat atas kelakuannya tersebut, Qabil berupaya melakukan
kebohongan termasuk berpura-pura seperti yang “sakit jiwa”. Namun kejahatan
Qabil walaupun ditutup-tutupi akhirnya motif dan bau buruk tetap tercium
walaupun jasad adiknya telah dikubur di bawah tanah.
Dalam kaitan ini, pelaku
(AM) yang merupakan tetangga almarhum ustadz Raden Prawoto memerankan
kejahatannya itu pasti tidak dilakukan begitu saja tanpa alasan dan tujuan
sebagaimana Qabil membunuh Habil karena disulut kemarahan dan kedengkian. Motif
pelaku inilah yang sedang dalam investigasi pihak aparat keamanan dan Tim
Ivestigasi Apkam dan Persis dalam kasus pembunuhan ustadz yang dikenal tawadhu
dan tegas harus kita dukung penuh sehingga kasus ini dapat dapat diselesaikan
dengan adil dan transfaran. Dukungan senada dengan statemen Ketua Bidang
Jamiyah PP Persis, Dr. Ihsan Setiadi Latief yang didukung oleh semua masyarakat
dan Ormas Islam, khususnya MUI, NU dan Muhammadiyah. Penulis mencermati
kejadian ini sebagai yang serius, maka itu tentunya harapan kita dalam
investivigasi dapat menepis anggapan teori konspirasi dan puzzle-puzzle
kejadian itupun dapat tersusun rapih. *** Majalah Suara Persis
Tags:
Opini